Mendalami Makna Kerjasama dalam Tembang “Gugur Gunung”

Tembang Gugur Gunung merupakan lagu berbahasa Jawa yang diciptakan oleh dalang legendaris milik kita, Ki Narto Sabdo. Lagu ini menyerukan untuk selalu mengedepankan kerjasama demi meraih kepentingan bersama.

TIPSPENGEMBANGAN DIRIKERJASAMA TIM

Septa Cahyadi

3/12/20243 min read

IMPAKTIF.COM - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah kerjasama diartikan sebagai suatu bentuk usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh berbagai orang berupa kelompok, lembaga dan pemerintahan untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Dalam hal ini, kerjasama penting untuk diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari kita. Melakukan sesuatu secara bersama-sama memang sangat bermanfaat untuk berbagai kesempatan.

Momen kebersamaan dan kerjasama itulah yang mengilhami Ki Narto Sabdo dalam lagu ciptaannya yang berjudul “Gugur Gunung”.

Istilah Jawa yang menggambarkan betapa indahnya kerjasama demi meraih suatu tujuan. Gugur gunung ini bisa dipadankan dengan istilah gotong royong.

Kedua istilah ini memiliki makna yang menjunjung tinggi kerja sama. Delapan bait lirik yang diciptakan oleh Sang Maestro ini mengajak kita untuk bersama-sama dalam melakukan suatu tujuan demi kepentingan bersama.

Lirik lagu yang dibuat sederhana seakan menghipnotis siapapun yang mendengarkan lagu ini. Lagu ini biasanya diiringi oleh Gamelan Jawa dimana kendang menjadi unsur alat musik yang dominan.

Tujuannya untuk mempengaruhi pendengar agar senantiasa semangat dalam menjalankan ajakan itu. Berikut ini lirik lagu “Gugur Gunung” :


Ayo, kanca, nggayahi karyaning praja (Ayo teman, kita mengerjakan tugas negara)

Kene, kene, gugur gunung tandang gawe (Kemarilah kita gotong royong dalam bekerja)

Sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane (Bersatu, rukun dengan yang lainnya)

Lila lan legawa kanggo mulyaning negara (Dengan rela dan legowo demi kejayaan negara)

Siji, loro, telu, papat, maju papat papat (Satu, dua, tiga, empat, maju empat empat)

Diulang ulungake mesti enggal rampunge (Bahu membahu pasti cepat selesainya)

Holopis kuntul baris holopis kuntul baris

Holopis kuntul baris holopis kuntul baris

Baris pertama lagu ini secara langsung mengajak kita untuk bekerja demi negara. Sebenarnya, praja dalam makna sempit diterjemahkan sebagai lingkungan tetapi dalam konteks lagu ini praja yang dimaksud adalah sebuah negara.


Negara merupakan suatu lingkungan yang memiliki konstruksi lingkungan yang sangat kompleks mencakup kehidupan berkeluarga, bertetangga, berteman dan lain sebagainya. Maka dari itu, konteks praja disini bisa diibaratkan juga sebagai negara.

Di bait kedua lagu ini, istilah gugur gunung dipakai untuk mengajak orang-orang untuk bekerja secara gotong royong.

Istilah gugur gunung sendiri jika diterjemahkan secara harfiah memiliki arti meruntuhkan atau merobohkan sebuah gunung.

Nah, karena pekerjaan itu tidak bisa dilakukan secara mandiri maka harus dilakukan bersama-sama. Maka, terciptalah istilah gugur gunung.

Masyarakat Jawa zaman dahulu memang dikenal senang mempopulerkan kata-kata atau semboyan-semboyan yang bermakna filosofis semacam semboyan “Sepi ing pamrih rame ing gawe,” “rawe rawe rantas, malang malang putung” dan lain sebagainya.

Tak heran istilah semacam gotong royong juga digaungkan oleh Bapak Presiden Pertama kita dalam berbagai berbagai pidatonya.

Bait ketiga menyerukan untuk hidup rukun bersama dengan masyarakat lainnya demi tercapainya sebuah tujuan bersama tanpa mempedulikan ras, bahasa, dan aspek pembeda lainnya.

Sayuk sayuk rukun dalam bait ini memiliki arti yang sama yaitu kerukunan dan menciptakan keselarasan bersama.

Dalam hal ini, penulis lagu ingin menegaskan kita untuk bersatu dengan yang lainnya. Sifat tenggang rasa antar sesama juga diperlukan untuk mencapai tujuan ini.

Pada bait keempat ini menyerukan ajakan untuk bela negara. Perlu di garis bawahi bahwa dalam bait ini terdapat kata lila lan legowo yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti rela dan lapang dada.

Bait ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat untuk memiliki rasa bela negara secara ikhlas dan lapang dada.

Wujud dari bela negara ini bisa berupa gotong royong dan memupuk rasa kebersamaan demi terwujudnya sebuah negara yang mulia.

Contoh dari bela negara berupa gotong royong yang dapat tercermin dari kehidupan bernegara adalah kerja bakti lingkungan, membayar pajak, dan lain sebagainya.

Bait kelima dan keenam ini adalah bait yang saling melengkapi. Bait kelima bukan ditujukan untuk belajar menghitung tetapi digunakan sebagai aba-aba untuk berkumpul.

Dalam versi asli lagunya, lirik ini dinyanyikan secara bersahut-sahutan mengimplementasikan bahwa orang-orang sudah siap berkumpul.

Kemudian disambung dengan lirik ke-enam yang berbunyi diulang-ulungake mesti enggal rampunge.

Secara harfiah kata diulang ulungake bermakna memindahtangankan sesuatu secara estafet. Nah dalam konteks lagu ini, artinya masyarakat diajak untuk saling membantu dan bahu membahu dalam melakukan kepentingan bersama agar cepat terlaksana dan terselesaikan.

Dua bait terakhir dalam lagu ini mengulang semboyan Holopis kuntul baris yang saat ini masih menjadi perdebatan darimana asal muasal semboyan ini.

Ada yang memaparkan bahwa semboyan ini berasal dari Bahasa Arab atau Portugis. Tetapi beberapa pengamat sejarah setuju bahwa istilah ini tercipta karena terjadi akulturasi dan asimilasi budaya Jawa.

Mereka juga memaparkan karena keawaman masyarakat Jawa pada saat itu menyebabkan istilah ini menjadi terdengar seperti Bahasa Jawa.

Terlepas dari perdebatan itu, para pengamat sepaham bahwa semboyan ini digunakan untuk mengobarkan semangat masyarakat agar mau bergerak dan bersatu.

Implementasi lagu ini memang tidak hanya dalam bernegara saja. Contoh kecil yang bisa kita terapkan dalam hal gotong royong adalah kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

Memelihara rasa saling memiliki menjadi tonggak yang sangat kuat untuk persatuan. Kerukunan dan tenggang rasa menjadi pupuk yang manjur untuk kebersamaan.

Tembang yang diciptakan oleh Ki Narto Sabdo ini memang terkesan memiliki syair sederhana tetapi memiliki arti filosofis yang dalam.

Lagu ini menggambarkan bagaimana indahnya kerjasama demi membangun sebuah negara. Ajakan secara langsung oleh sang pencipta lagu ini menambah kesan penuh makna dan perhatian.

Memang lagu ini termasuk lagu ciptaan lama tetapi makna dan pesan yang ingin disampaikan sang penulis masih sangat berhubungan dengan masa kini. Jangan sampai makna lagu ini hilang dan mati tertelan zaman. (*SC)

Sumber Artikel : Website Adjar.id (https://adjar.grid.id) dan berbagai sumber